Benteng Batu

Aku ingin membangun benteng yang terbuat dari batu. dari batu yang keras, keras sekali.

Maka tiap bertemu batu di jalan akan kucoba hancurkan berkali-kali. Sampai kecil, kecil sekali.

Maka bagian paling kecilnya itu akan kubawa dan kujadikan benteng.

Karena bagian itu yang tidak bisa dihancurkan lagi.

Biar menelan waktu seribu tahun, biar.

Sehingga saat aku pun menjadi serpih, masih kurasa aku berjuang, bukan menyerah.

Bagian Mana yang Sulit dari Sunyi?

Pukul dua siang sudah sekarang. Matahari tak muncul kuat, masih malu-malu saja seperti kala pagi. Maka bagiku ini pagi saja terus. Membuatku berpikir akan dilatasi dan persepsi waktu.

Langit bumi utara sedang tidak senang. Anginnya banyak, dingin dan kencang. Maka siang ini bagiku tetaplah pagi. Karena dingin, tak terang, dan sunyi.
Bagian mana yang sulit dari sunyi? Ketika sunyi suara burung terdengar lebih keras. Suara jantungmu juga. Sayup-sayup suara lonceng gereja yang berdentang tiap jam juga. Bahkan suara derik kasurmu. Suara pasangan bertengkar di bawah atau atas kamarmu.

Bahkan mungkin dapat kau dengar hatimu sendiri. Membisikkan hal yang pelan sekali, nyaris tak terdengar karena bisingnya keseharianmu. Atau suara-suara ketakutanmu yang selama ini kau redam muncul dan mendentum. Jadi kau pikirkan semua yang sebenarnya tak usah kau pikirkan. Jadi kau takuti semua yang bukan semestinya.

Bagian mana yang sulit dari sunyi? Aku mencari sunyi. Untuk menelanjangi diri sendiri.

Doa-Doa Tersembunyi

Saya buka mata. Dari tempat tidur saya yang tak berjarak dengan lantai, saya melihat lurus ke depan. Ke sebuah jendela yang menghalangi saya dengan langit. Seperti melihat lukisan yang terus berganti dari pagi ke malam. Dari detik ke-detik. langit biru dengan awan putih yang terus bergerak ke mana angin membawanya pergi.

Saya lihat jam. Sekarang pukul setengah sembilan malam. Namun matahari belum sepenuhnya pergi. Masih bergelayut di ujung horizon, menunggu diusir malam yang kebelet ingin tampil. Saya bangun, menuju jendela. Saya buka sedikit, menghirup udara Jerman yang dari dulu saya ingin tahu seperti apa. Sekarang baru masuk musim semi, hawanya sedikit lebih hangat. Katanya eropa sedang demam, karena semi datang terlambat. Musim dingin yang berkepanjangan membuat orang-orang di sini merindukan matahari. Mungkin itu sebabnya matahari masih enggan pergi meski sudah jam segini. Kena sindrom orang populer dia.

Baca lebih lanjut

pilihan-pilihan sulit

panggilan mana yang paling dirindu? panggilan mesra semu atau panggilan kebaikan?

teori mana yang digilai, yang mendukung kebenaran atau yang mendukung kesalahan diri sendiri?

pembicaraan mana yang ingin diikuti, pembicaraan tentang kita atau pembicaraan tentang orang lain namun dengan bahasa kita?

berada jauh dari negeri sendiri dan terus berpikir untuknya, atau berada di dekatnya tapi mengeruk isinya dan memperkaya pihak lain?

mundur karena terlalu sulit atau maju karena terlalu menantang?

masak atau mandi? (kala pagi)

ibarat ikan salmon

heug..

ibarat ikan salmon, mungkin fase hidup saya sekarang adalah fase berenang-renang di laut. menggemukkan diri, go with the flow, ikut semua kata orang tua, kata teman, manut, nurut, menjalani dengan sebaik-baiknya.

tahu kan ya, ikan salmon memiliki fase menetas di sungai, berenang ke laut, lalu kembali ke sungai. bayangkan bagaimana seekor ikan berenang kembali dari laut ke sungai. melompat melawan arusnya, ketinggiannya.

bagi saya, saya belum sampai pada fase itu. saat ini saya mendengarkan semua orang. saya ikut arus. saya memberi asupan bagi diri saya. mencukupi bekal. belajar sebaik-baiknya, sebanyak-banyaknya. menjalani yang terbaik. nanti ada saatnya saya harus menentang arus. melawan banyak hal, banyak orang. melawan logika, akal sehat. tapi bergerak mengikuti fitrah saya. naluri, insting, dan tujuan saya dari Sang Pencipta.

gila yah salmon. pantas mahal dan enak sekali rasanya.

perasaan bersalah

perasaan bersalah itu jahat, jahat sekali. dia kanibal; sedikit demi sedikit memakan perasaan yang lain. bahagia, takut, sedih, bangga, kecewa, puas, malu, berani… menggigiti sampai linu, sampai tak terasa lagi perasaan-perasaan mangsanya itu. lalu, sialnya, saat perasaan bersalah menemukan closure, perasaan yang tadi ditelan olehnya tidak bisa kembali. begitu saja. tergigit. cacat, defek. tidak utuh kembali.

itulah mungkin kenapa dulu saya selalu ingin menjaga jarak, supaya orang tidak terikat. supaya saya tidak perlu merasa tidak enak. kebersamaan buat saya cukup pada periode pendek saja. akan terasa pada periode setelah itu saya menjauh, karena saya tidak ingin berlama-lama dan membentuk ikatan yang merepotkan seperti itu.

tapi entah mengapa ya, mungkin karena semua orang berubah sedikit demi sedikit, makin kemari saya merasa malah membuat lingkaran di mana-mana. tapi saya bahagia, sih.

jogja, daerah istimewa

apa yang saya ingat dari jogja? nyaris tidak ada. saya kemari hampir enam tahun yang lalu, bersama teman-teman SMA saya.

tapi ya saat sampai malioboro sini semuanya seperti sama saja. seperti saya sudah kenal lama sekali dengan jogja. menurut Hatta, orang indonesia tulen akan selalu merasa rumah dimanapun dipijaknya ini bumi Indonesia. saya, berusaha tidak menjadi seorang provinsialis dan ingin menjadi indonesia tulen, mengembangkan senyum sedikit. saya ingin jalan-jalan, jalan kaki.

Baca lebih lanjut

cuma kimiawi..

Bolehkah begini, saya masuk ke kehidupannya setelah bersikap amoral dengan menghancurkan kehidupannya? Egoisnya saya mementingkan perasaan saya? Bolehkah saya memerangi semua orang dan merasa pantas memilih dia?
Atau bolehkah saya acuhkan semua itu saja karena semua ini hanya reaksi kimia semata? Bahwa perasaan-perasaan rindu yang menusuk-nusuk setiap malam itu hanya serpihan-serpihan rantai karbon yang beradu satu sama lain di suatu tempat di tubuh saya?

Bahwa rindu, cinta, itu kimia semata?

Maka bagian mana yang bersifat ruhani, bukankah cinta kepada Tuhan itu fitrah setiap orang?

Maka yang kimia itu mungkin nafsu, ya. begitupun rindu..

kecemasan

Gembira sekali saya ketika di stasiun Radio Hard Rock FM mengundang pembicara yang berkata “survey menunjukkan dari seluruh kecemasan yang kita rasakan hanya 3%nya saja yang benar-benar terjadi”. Berita ini baik untuk saya, karena saya adalah orang yang memiliki kecemasan kronis dan menjadi-jadi. Pernah saya ambil satu tes di internet dan hasilnya menunjukkan saya adalah orang yang sangat sulit mengambil langkah pertama dalam melakukan sebuah aksi.

Juga hal ini ditunjukkan oleh saya dan sahabat saya sesama cemas kronis bung Azlan, saat kami menyusun Tugas Akhir bersama. saya, Azlan, dan Tommy, kami bertiga. Tommy kami tugaskan lebih di bagian eksekutor karena saya dan Azlan sama-sama merasa pemikir handal (padahal bukan).

Baca lebih lanjut

pikiran saya ribut saat macet

malam ini malam Sabtu. pulang kantor tadi saya sengaja curi waktu, supaya macetnya tidak keburu parah. tapi rasanya percuma. seperempat perjalanan saya habiskan dalam waktu sejam, gila memang ini Jakarta. nggak ngerti lagi saya. pantas rekan-rekan di twitter hobi sekali mengelah-ngeluh tentang kemacetan jakarta. mengganggu sekali.

sebenarnya tadi saya sudah buka twitter untuk mengeluhkannya. saya tutup lagi. malu sama rasa kesal saya sendiri. huft.

Baca lebih lanjut